Haii Haii ... :) Welcome ya di blog gue :) Salam kenal kalo yang belum kenal and say hai buat yang udah kenal :) hehehe. Komen2 jangan lupa ya buat kritik dan saran. Thankyou :) :*

Jumat, Oktober 05, 2018

KEMBALI

Sore itu aku tak ada firasat apapun
Sore itu aku beraktifitas biasa
Sore pun berganti malam
Iya, rupanya malam itu malam yang akan menjadi malam yang akan aku kenang selamanya
Iya, kabar itu 
Kabar tentang orangtuaku
Entah, aku tidak pernah bisa membayangkan 
Entah, bagaimana aku waktu itu
Aku hanya bisa menangis dan istigfar
Malam itu malam penuh makna dan akan aku ingat 
Maafkan anakmu ini yang belum bisa menjadi yang terbaik untuk Bapak dan Ibu
Insyaallah, impian Bapak dan Ibu kelak bisa saya wujudkan

Loveyou, Bapak Ibu
From ur lovely princess
Magelang, 07 Maret 2018

Jumat, November 29, 2013

PROMO~

Sobat Lintang's Blog, kali ini saya akuan mempromosikan jasa pembuatan taman. Tamannya bisa dibuat di rumah, sekolah, outdor ataupun indor :) Kalau berminat hubungi blog ini. Terimakasih :)



Pengalaman Pribadi

Haii, kenalin nama aku Lintang. Ini pengalamanku waktu aku masih MTs di MTs Negeri Kota Magelang. 
Kisah ini berawal ketika aku duduk di bangku kelas 8A. 
Waktu kelas 8, aku dan teman2 pergi studytou ke Jakarta. Waktu itu aku duduk bersama Kunia dan Dini. Aku duduk paling pinggir deket kaca bus. Waktu di tengah2 perjalaan, aku sama Kurnia kaya merasakan hal yang gak enak, ehh tenyata Dini itu "mukok" hahahahaaaa :D geli2 gila. Dan 1 bus itu bau, uhh baunya gak nguatin bangett,, ihh jadi pengen muntah. Dan setelah selesai itu dia masih aja kek gitu terus jadi aku dan Kurnia gak kuatterus di tahan2in aja. Hhahaaaa :D lanjuttttt.......
Waktu udah sampai di Jakarta, kita ke Ancol terus ke Dufan. Pas di dufan, aku dan Zahra langsung ke wahana Nia GaraGara untuk menjajal adrenalin, ehh bahasanya menjajal :D Antri wahana ini tuh panjanggggggggggg banget, nahlo yang panjang antriannya ap tulisannya ? Xiiixixiii :D :P becandaa , peace. Ya ampun setelah antri berapa lama kita akhirnya bisa naik wahana ini. Pas udah sampe di tengah2 mau turun, uhh jantung rasanya mau copot dan ketinggalan di atas sana. Oh My God,,, nyeremin tapi ya enak sii :) Setelah itu kita menuju ke wahana TORNADO. Aku, Zahra dan tambahan temen lagi namanya???? Teng terenteng tengteng :D Isti Ratri Ningtyas :) kita udah masuk ke antrean wahana TORNADO , ehh bohongg ini orang waktu itu gak ngantri :D  Kita dah siap2 ,, ehh ehh pas udah masuk tuh kesana gak jadi naek katanya takut. Yaudah dehh kaga jadi. Dak kita goooooo to wahana HISTERIA yang waktu itu lagi heboh2nya :D. Oke dehh kita cuss ke HISTERIA. OMG OMG OMG, ternyata antrean nya 10km ?? HAHAHAAHAA :D bohong lagi :p antreannya tuh panjang banget dahh and lama polll !!! Langsung aja yaa?? Nah waktu udah sampe antrean kita tuhh kita dah naikk. Ampun dah ni wahana hampir mirip kek NIA GARAGARA. Ehh  waktu udah habiss ni malah mau nambah lagii :D Yaa gitulah kocaknya kta :D Nahh waktu istirahat nunggu temen2 tuh kita ketemu ma A R T I S ?? WOWWW!! ARTIS bo' :D iya kita ketemu beneran ama yang namanya GISELLA CINDY :D tau kan? tau kan.? yaudah dehh kita  foto2 gitu,,,.. 
Waktu berjalan, kita udahan anh cuss pulang ke Magelang dehhh dengan meninggalkan kenangan2 indah dari Jakarta :D Kangennya sama masa2 MTs dulu,, miss you all my friends :* 

Senin, November 25, 2013

FOTO




MANFAAAT BLOG BAGI REMAJA

1. Media Aktualisasi Diri
Salah satu kebutuhan manusia adalah to be recognized – untuk di akui kehadiran-nya, untuk di perhatikan. Untuk menunjukan siapa diri-nya. Apa yang dipikirkan-nya, apa yang menjadi perhatia-nya, apa yang menarik untuk-nya, apa yang disenangi-nya, apa yang dibenci-nya, apa pemikiran-nya dan apa yang diinginka-nnya.
Dan blog memapu memfasilitasi hal tersebut, dalam skala jangkauan yang mendunia.
Dengan blog (dan dukungan berbagai web app di world wide web) seseorang kini dapat mengaktualisasikan diri-nya dalam berbagai media (text, image, graphic, video, audio, slide presentasi, dll) yang bisa diakses oleh ’semua orang di penjuru dunia yang terhubung ke jaringan internet’.
2. Personal Branding
Personal Branding atau self positioning – memposisikan diri kamu berdasarkan apa yang dapat kamu lakukan, membuat orang teringat akan kamu ketika mereka dihadapkan terhadap topik tertentu – adalah sesuatu hal yang sangat vital di dunia modern ini. Apa yang kamu ingat ketika mendengar “Bapak Blogger Indonesia”?Enda Nasution! Bayangkan jika seorang potential client berkata “Siapa yang dapat saya hire untuk mengatasi masalah ini” dan yang mereka ingat adalah nama kamu?
Dengan blog – dan strategi yang tepat- kamu dapat memberitahu semua orang di dunia (yang terhubung ke dalam jaringan internet, tentunya) apa keahlian kamu dan mengapa mereka harus mengontak kamu ketika mereka teringat akan satu masalah yang harus di selesaikan.
3. Markas Besar Di Dunia Maya
Begitu banyak tempat bersosialisasi di dunia maya dan sulit untuk memberi tahukan semua-nya kepada orang sekaligus. Blog bisa kamu jadikan markas besar pusat seluruh aktifitas kamu di dunia maya: CV, Online portofolio, link, badge atau widget menuju situs-situs social network yang kamu eksisi *halah*  :D    Facebook, Twitter, Plurk, Digg, LintasBerita, LinkedIn, dll.
4. Media Promosi
Blog ditempatkan di jaringan internet. Dengan strategi yang tepat (SEO+SMM+Other Techniques) kamu bisa mendatangkan para pengguna internet ke blog kamu dan membuatnya membaca apa yang kamu promosikan.
5. Mendapatkan Relasi Baru
Sudah menjadi bawaan-nya bahwa manusia selalu mencari manusia lain yang memiliki ketertarikan sama. Buat blog tentang topik yang kamu minati, dan pengunjung yang memiliki topik yang sama dengan anda pun akan mendatangi kamu. Mereka bisa mengomentari post di blog kamu dan bisa membalas-nya. Terjadi conversation disana, dan membuka peluang untuk terjadinya hubungan kan.
Tips: Buat tulisan yang bermanfaat (lebih baik jika menginspirasi) dan letakkan link facebook profile kamu. Orang akan berduyun-duyun meng-add anda di facebook.
6. Mendapatkan Penghasilan
Well, sudah banyak yang tahu kan? ada dua cara mendapatkan penghasilan dari internet:
* Direct Income – Blog kamu memang menjadi ’sumber uang’ kamu. Kamu update konten dengan entri berkualitas, perbesar tingkat kunjungan visitor ke blog kamu, lakukan monetisasi. Bisa dengan menjual spot banner (tapi sudah tidak terlalu efektif lagi rasanya), Service Pay-Per-Click, Pay-Per-Post, Paid-To-Review, buat review tentang produk yang diafiliasikan, atau mungkin langsung menjual produk di blog kamu. dll.
* Indirect Income – Blog kamu gunakan sebagai media promosi bisnis kamu dan diri kamu. Visitor datang ke blog, terkesima dengan diri kamu dan portofolio kamu, dan mereka mengontak kamu untuk deal bisnis selanjut-nya.
7. Stress Release, Emotion Release
Terkadang kita hanya ingin melampiaskan apa yang kita rasakan. Terkadang kejenuhan dan terkadang kebahagiaan. Lebih mengasyikan lagi jika ada yang merespons apa yang kita rasakan kan? ;) Hey, blog memfasilitasi hal tersebut. Tapi selalu ingat aturan emasnya: Jangan berlebihan. Jangan sampai kasus kehilangan pekerjaan dan kejadian tidak diinginkan lain-nya terjadi karena kamu berlebihan dalam mengekspresikan diri.
8. Media Memberi, Media Sharing
Terkadang kita hanya ingin berbagi apa yang kita ketahui, berbagi kebaikan, berbagi ilmu atau berbagi pengetahuan. Jika yang kamu ingin share kepada orang lain bisa di fasilitasi dengan text, graphic, video, audio, presentasi, dll. Blog bisa memfasilitasi hasrat berbagi kamu.
9. Jurnal Catatan Kehidupan Anda
Catat semua yang kamu rasakan dan publikasikan di blog kamu. Suatu hari di kehidupan kamu kelak, baca kembali apa yang sudah kamu tulis. Kebanyakan orang tertawa ketika membaca apa yang mereka tulis dahulu. Kenangan lama bersemi kembali gitu loh  :)
10. Mendapatkan Feedback Atas Apa Yang Anda Rasakan
Mayoritas blog memiliki fitur komentar di setiap artikel-nya. Hal ini memfasilitasi orang untuk memberi respons terhadap apa yang kamu tulis. Pendapat orang lain merupakan salah hal yang berharga dalam hidup kan?
11. Public Relation Yang Lebih Humanis
Jika kamu bertujuan mempromosikan bisnis atau korporasi -corporate blogging-, salah satu karakteristik blog adalah personal point of view yang menjadikan blog lebih humanis sehingga pengunjung merasa lebih ‘nyaman’.

Rabu, Maret 21, 2012

CERPEN 1


          MANTAN



Seluruh rasa antusias itu seakan luruh. Semangatku untuk mendengar cerita Laras, hilang begitu saja. Kebahagiaan yang tadi sempat mengisi relung hatiku, tercabut secara paksa.

Di sebuah kamar kost-an, aku duduk di atas tempat tidur. Tangan kananku memegang sebatang cokelat. Di tangan kiriku, aku memainkan sebuah permainan, di handphone kesayanganku.

“Tari, perasaan dari tadi pagi lo makan cokelat terus. Apa enggak takut gemuk?” tanya Wery, sambil berbaring di tempat tidur yang terletak di samping kanan tempat tidurku.

“Iya, gue heran deh sama Lestari. Padahal kalau makan cokelat enggak tanggung-tanggung. Sekali makan bisa habis dua batang. Tapi kenapa badan lo enggak gemuk sih?” Hanny yang dari tadi sibuk ber-SMS-an dengan Deni, pacarnya, ikut melibatkan diri dalam obrolan kami.

“Jangan-jangan lo muntahin lagi, ya?” timpa Wery, sebelum sempat aku menjawab pertanyaan dari mereka.

“Wah, jangan-jangan iya, nih. Lo bulemia ya?”

“Bulemia? Yang benar tuh, bulimia. Bukan bulemia. Makanya kalau punya kamus kedokteran itu dibuka-buka. Jangan disimpan aja,” ledek Wery, sambil tertawa terbahak-bahak.

Kami pun kemudian tertawa.

Begitulah suasana di kost-an bila malam tiba. Selalu ramai dengan canda tawa. Kata-kata yang Hanny dan Wery lontarkan, terkadang memang dalam. Tapi memang begitulah mereka. Ceplas-ceplos.

Untuk menanggapi mereka yang seperti itu, aku harus menganggap bahwa kata-kata yang mereka lontarkan itu tidak serius. Mereka hanya bercanda. Kalau aku mengganggap serius kata-kata mereka. Dijamin, aku enggak akan betah tinggal di kost-an.

“Eh, tapi benar enggak sih, kalau lo bulimia?” Henny masih penasaran.

“Ya, enggak lah. Ngapain juga gue harus muntahin makanan yang sudah gue makan. Kalau gue ngelakuin itu, bisa-bisa, dinding perut, usus, ginjal, gigi, semuanya rusak. Dan yang lebih parah, gue bisa meninggal karena kekurangan gizi. Mending gue meninggal karena dicium Fikri, dari pada gue meninggal karena kekurangan gizi,” aku yang sejak tadi bergeming, akhirnya menanggapi kata-kata mereka.

“Cieee... yang tadi pagi baru jadian. Omongannya enggak nahan.”

Tok... tok... tok....

Tiba-tiba pintu rumah di ketuk dari luar.
Wery, yang bertugas piket hari ini, bangkit untuk membukakan pintu.

“Tari, gue mau curhat!” Laras, saudara kembarku, sudah berdiri di depan pintu kamar, padahal baru lima belas detik Wery membuka pintu. Laras kemudian langsung berlari ke arahku.

“Lo ke sini sama siapa? Sudah malam begini,” tanyaku, heran.

“Sendiri. Gue sengaja ke sini, mau curhat sama elo. Lagian, besok gue enggak ada jadwal kuliah. Jadi gue bisa nginep di sini.”
“Eh... enggak bisa, enggak bisa. Bertiga aja sudah sempit. Apalagi ditambah satu gajah.” Hanny protes.

“Teman lo keterlaluan banget, sih. Masa gue dibilang gajah. Lagian, kamar ini kan masih luas banget!” Laras marah.

“Hanny memang begitu. Udah, enggak usah di masukin ke hati. Cuekin aja. Kita pindah ke kamar sebelah aja, yuk.”

Aku dan Laras kemudian bergeras meninggalkan kamar yang ditempati Hanny dan Wary. Kami menuju kamar yang lain, yang terletak tidak jauh dari kamar mereka.

Di rumah yang kami kontrak ini, hanya mempunyai dua kamar. Satu kamar untuk tidur. Satu kamar lagi untuk lemari pakaian dan rak buku. Kami sengaja mengaturnya seperti itu. Karena yang tinggal di rumah ini bukan hanya dua orang. Melainkan tiga orang. Selain itu, agar kebersamaan dan kekeluargaan di antara kami lebih terasa.

Sesampainya di kamar, laras langsung merebahkan diri ke karpet, yang berada tepat di tengah-tengah deretan lemari. Aku yang memang sudah lelah, ikut berbaring di sampingnya.

“Tari, lo tahu enggak. Tadi pagi gue ketemu cowok, cakep banget. Rambutnya ikal, matanya cokelat, hidungnya mancung, senyumnya manis, terus di pipi kanannya ada tahi lalat. Pokoknya sempurna banget, deh. Gue suka sama dia.”

“Ketemu di mana? Namanya siapa?” tanyaku, antusias. Perasaan lelah itu hilang seketika, tergantikan olah semangat yang baru. Karena baru kali ini Laras menceritakan tentang perasaannya pada seorang pria. Baru kali ini dia jatuh cinta. Padahal usianya sudah hampir sembilan belas tahun.

“Gue ketemu dia waktu di toko buku. Namanya Fikri.”

“Siapa?!” tanyaku, tak percaya.

“Fikri. Fikri Adi Dinata. Kalau enggak salah, dia juga kuliah di kampus lo, di jurusan Kesehatan Masyarakat. Lo kenal?! Ih... salamin ya.”
Seluruh rasa antusias itu seakan luruh. Semangatku untuk mendengar cerita Laras, hilang begitu saja. Kebahagiaan yang tadi sempat mengisi relung hatiku, tercabut secara paksa. Meskipun begitu, aku tidak ingin mengecewakan Laras. Aku tetap mendengarkan cerita tentang pertemuannya dengan Fikri. Tak tega rasanya membuatnya kecewa. Ia begitu bersemangat, begitu bahagia.

Aku benar-benar bingung sekarang. Aku harus bagaimana?! Laras ternyata mencintai Fikri, pacarku sendiri. Ini bukan salahnya, karena dia tidak pernah mengetahui bahwa aku dan Fikri, sebenarnya pacaran. Ini adalah kesalahanku sepenuhnya, karena aku tidak pernah memberi tahu Laras. Tapi aku tidak tega menghancurkan perasaannya. Cinta pertamanya!
***

“Fikri, hari ini kamu masih ada jam kuliah enggak?”

“Enggak ada. Memang ada apa?”

“Aku ingin ke pantai. Kamu mau menemaniku?”

“Untuk kamu, apa sih yang enggak?”

“Ya sudah. Berangkat, yuk.”

“Oke.”

RX King milik Fikri melaju dengan kencang. Membelah jalanan Kota Baja yang penuh debu.

Semilir angin pantai menerpa wajah tirusku, yang terduduk bagai di hamparan lautan es kim. Rambut ikal bergelombang menari mengikuti arah angin berhembus. Lenganku memeluk lutut. Pandanganku lurus ke garis horizontal.

Fikri duduk di samping kiriku. Kedua kakinya diluruskan. Tangannya meremas butir-butir pasir yang ada di samping kanan dan kirinya. Selama beberapa saat kami terdiam. Hanya suara debur ombak yang terdengar.

“Tari, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?” tanya Fikri, tiba-tiba. Ia seakan merasakan ada sesuatu yang kusembunyikan.

Aku bangkit, kemudian berseru, “Fikri, aku ingin bermain dengan ombak.” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Fikri kemudian menggenggam dengan lembut tanganku. Aku menatapnya. Mataku dan matanya saling beradu. Ada kepedihan di hatiku.

Aku melepaskan genggaman Fikri. Dengan gontai aku melangkah, mendekati riak ombak yang menjilati hamparan es krim itu. Fikri menyejajarkan langkahnya dengan langkahku.
Aku hentikan langkahku, saat ombak yang menerjang kakiku semakin kuat. Fikri masih berada di sampingku.

“Sayang, kamu kenapa? Pasti ada sesuatu hal yang ingin kamu katakan padaku.”

“Fikri, kita adu lari, yuk. Sampai tembok pembatas itu ya,” untuk kedua kalinya aku mengalihkan pembicaraan.

“Oke. Tapi kalau kamu kalah, kamu harus mengatakan yang sejujurnya. Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan.”

Setelah aku merasa letih, aku kemudian berhenti dan berbalik. Ternyata aku sudah jauh meninggalkan Fikri, yang memang tidak ikut berlari. Masih dengan nafas tersengal-sengal, aku kembali berlari ke arah Fikri. Aku merasakan beban di hatiku kini sedikit berkurang.

“Kamu curang,” seruku, masih dengan tersengal-sengal.

“Kamu larinya semangat banget, sih. Jadi aku enggak bisa menyusul deh,” jawab Fikri, sekenanya.

Aku kemudian terdiam. Pandanganku kembali tertuju ke garis horizontal. Namun kini, sebuah senyuman mengembang dari bibir tipisku. Perasaanku lebih tenang.

“Sayang, sebenarnya ada apa sih?”.

“Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu. Hanya bersamamu, hari ini,” jawabku. Pandanganku masih tertuju ke garis horizontal.

Fikri kemudian tersenyum, sambil berkata, “Aku pikir kamu mau cerita sesuatu. Karena kamu selalu mengajak aku ke pantai, kalau mau cerita sesuatu.”

“Masa, sih?”

“Bukannya iya?”

Kami pun bercanda dan tertawa. Menghabiskan hari ini bersama. Berdua, di tepi pantai. Kami bercanda dan tertawa, hingga senja berada di ufuk barat.
***

Kala senja berada di ufuk Barat, tepat berada di tengah garis horizontal, aku mengatakan, “Fikri, aku sudah memutuskan bahwa aku enggak bisa melanjutkan hubungan kita. Aku enggak bisa pacaran sama kamu. Ada seseorang yang lebih pantas untukmu.”
“Maksud kamu apa?!”

Aku kemudian menarik nafas, dalam dan panjang. Menghembuskannya perlahan. Aku berusaha untuk tersenyum, meskipun hatiku terluka. Sama seperti yang Fikri rasakan saat ini.

“Aku sudah terlalu sering menyakitimu. Aku tidak berhak mendapatkan cintamu. Kamu berhak mendapatkan wanita lain yang lebih baik dariku. Dia adalah Laras.”

“Laras?! Saudara kembarmu? Lestari, cinta itu bukan bola, yang bisa kamu oper sesuka hatimu. Sekalipun, kepada saudara kembarmu!” Fikri marah besar.

Hatiku semakin terluka. Aku menyadari, bahwa cinta memang bukanlah sebuah bola. Tapi demi kebahagiaan Laras, aku berharap, cintamu padaku seperti halnya sebuah bola. Sehingga cinta itu bisa dioper kepada Laras. Dan membuatnya bahagia.